We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Seorang Bos Besar

Bab 2009
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 2009 Setuju “Baiklah, itu memang cara kerja Guru. Lalu, bagaimana dengan 5,6 triliun sisanya?” “Selain dikurangi beberapa pengeluaran lainnya, aku khusus datang untuk menjagamu, sehingga menunda bisnisku dan membuatku rugi 4 triliun. Lalu, 1,6 triliun sisanya adalah upahku, karena sudah menjagamu...." “Kamu...” “Ini sangat rasional, aku sudah menyuruh pengacara mencatatnya. Lagi pula, kamu tidak mau menikah, maka harus bayar utang. Kalau mau menikah, ini semua adalah urusan keluarga, tidak perlu bayar. Kelak kamu juga akan mendapatkan setengah dari penghasilanku. Kamu bisa berbaring di rumah dan menghitung uang yang tak ada habisnya.” Mendengar hal ini, sepertinya menikah dengan Lorenzo sungguh pilihan yang cukup bagus.

Kenapa hal ini malah begitu menguntungkan? Hati Dewi sedikit tergerak.

Follow current on NovelEnglish.net

“Masih ada.” Lorenzo tahu bahwa Dewi tergerak, maka dia menambahkan syarat, “Kelak Tabib Hansen bisa menyumbangkan uang berapa pun dan ke mana pun dia mau!” “Pfft!” Dewi langsung tertawa, “Guru pasti sangat senang. Dia menyumbangkan semua hasil biaya pengobatannya!” “Ya, menggunakan namamu!” Tiba—tiba suara Lorenzo menjadi lembut.

“Apa?” Dewi terkejut hingga membelalakkan matanya lebar—lebar, sama sekali tidak mengetahui hal ini.

“Jasper langsung mentransfer uang ke nomor rekening yayasan yang disuruh oleh Tabib Hansen. Berdasarkan perintah Tabib Hansen, tertulis donaturnya bernama Dewi!” Lorenzo berkata dengan pelan.

“Jasper merasa aneh, maka bertanya pada orang yayasan itu. Ternyata selama bertahun—tahun ini, Tabib Hansen terus— menerus menyumbangkan uang dengan menggunakan namamu!” “Orang yayasan itu bilang, mereka pernah bertanya pada Tabib Hansen kenapa menggunakan nama ini. Dia bilang alasan utamanya adalah melakukan hal baik. Selain itu, ini adalah nama murid pertamanya.” “Seumur hidup ini, muridnya itu bernasib sangat malang. Tabib Hansen pun berniat memupuk sedikit pahala untuk muridnya itu, berharap jalannya kelak bisa sedikit lebih lancar.” Mendengar perkataan ini, air mata Dewi pun menetes, lalu dia memeluk Lorenzo dan menangis. hingga gemetar.

Lorenzo menepuk-nepuk pelan punggungnya. Biasanya dirinya jangan bicara, tapi malam ini sepertinya ucapannya sangat banyak.

Belakangan ini, dia sering teringat bibinya. Bibinya itu juga sangat memikirkan dirinya dan terus membuka jalan untuknya, dengan begitu, dia pun bisa berani menerjang ke depan!!! “Lihatlah, menikah denganku membawa banyak keuntungan.” Lorenzo sengaja memperbaiki suasana, “Tabib Hansen juga sangat mengakuiku!” “Benarkah?” Dewi sangat terkejut, “Kamu sangat arogan. Guru tidak akan menyukaimu.” “Aku bersikap sangat hormat pada Tabib Hansen, mengantarnya ke bandara secara langsung, juga melihat anjing kampung peliharaannya itu, yang sekarang sudah bertumbuh besar. Nama Wiwi sungguh tidak cocok untuknya.” Dewi pun tertawa keras.

Follow current on NovelEnglish.net

“Jadi, sebenarnya kamu mau menikah atau tidak? Kalau tidak mau, kamu harus mengembalikan uangku. Kalau mau, setiap hari kamu hanya perlu menghitung uang.” “Haiz, aku pasrah, menikah saja.” Dewi menghela napas dalam—dalam, seolah—olah dia luar biasa tak berdaya.

“Heh, mendengar nada bicaramu, sepertinya sangat tidak bersedia.” Lorenzo pun memukul bokong Dewi.

“Tidak ...." Tiba—tiba Dewi teringat sesuatu, maka buru-buru berkata, “Kamu masih belum menjelaskan hubunganmu dengan Juliana. Apa maksudnya gosip itu? Lalu, apa maksud dari foto- foto mesra itu? Masih ada lagi....

“Tidurlah, besok baru bicara lagi!” “Kamu ...." Saat Dewi mau marah, tiba—tiba terdengar bunyi ketukan pintu dari luar. Kemudian, Jasper buru- buru melapor, “Tuan, ada hal yang harus aku laporkan.” Lorenzo mengerutkan keningnya, dia menarik tangannya pelan—pelan dari leher Dewi, lalu bangun dan memakai baju luarnya, “Kamu tidurlah dulu. Aku keluar dulu.” “Oh.” Dewi tidak banyak bertanya, hanya melihat Lorenzo pergi setelah berpakaian. Saat sampai di depan pintu, dia menoleh dan berkata, “Ingat, kamu sudah setuju!” “Apa?” Dewi tanpa sadar bertanya, kemudian berkata dengan pura—pura marah, “Aku tahu.”